Jumat, 30 Januari 2015

makalah pengertian dari rasionalisme, empirisme, fenomenologi, hermeuneutika, pragmatism, neo-kantianism



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Penjelasan mengenai makna kehidupan dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan masalah yang klasik, yang hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana yang paling benar yang seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan sudut pandang yang berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat idealisme, materialisme, eksistensialisme, monisme, dualisme dan pluralisme. Antara aliran atau paham yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pa­s dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri  dan mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang  mengawali kebudayaan manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup, citakarsa dan kondisi alam lingkungan.  Apabila cita karsanya tinggi dan kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan penulis terhadap bab aliran filsafat rasionalisme, empirisme, fenomenologi, hermeuneutika, pragmatism, neo-kantianisme, eksistensialisme,  idealisme, materialisme, pluralism, positivism.
          
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat kami rumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari rasionalisme, empirisme, fenomenologi, hermeuneutika, pragmatism,     neo-kantianisme, eksistensialisme,  idealisme, materialisme, pluralism, positivism?
2.      Siapa saja yang berperan dan paling berperan dalam aliran-aliran filsafat ?
3.      Apa saja pembagian jenis-jenis dari masing-masing aliran filsafat tersebut ?

C.     TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran-aliran tersebut diatas
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam aliran-     
aliran dalam filsafat  tersebut diatas.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    RASIONALISME
Aliran rasinalisme berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang mencungkupi dan yang bisa di percaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh memenuhi syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmu. Pengalaman hanya dapat dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapat oleh akal1, akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat menurunkan kebenaran dari pada dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas asas pertama yang pasti. Metode yang diterapkan adalah deduktif. Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti.

Dengan member tekanan pada metode deduktif, seorang penganut rasionalisme tentu mengakui bahwa kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh kesimpulan-kesimpulan yang diperolehnya sama banyaknya dengan kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh prinsip-prinsip yang mengakibatkan kesimpulan-kesimpulan tersebut.

Seorang penganut rasionalis tidak memandang pengalaman sebagai hal yang tidak mengandung nilai, bahkan sebaliknya, ia mungkin mencari pengalaman-pengalaman selanjutnya sebagai bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam penyelidikan untuk memperoleh kebenaran. Dan ia mungkin mengadakan pembedaan pengetahuan dan pendapat. Pengetahuan merupakan kegiuatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak jelas yang timbul dari indra, ingatan atau angan-angan.

B.     EMPIRISME
Aliran empirisme berpendapat, bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalan yang batiniah maupun yang lahiriah. Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, akan tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalan2.
_____________________________________
1 Khaerul Azmi, Filsafat Ilmu Komunikasi,(Tangerang:Empat Pena Publishing,2013),hlm.51
2Ibid:hal.53




Metode yang diterapkan adalah induksi. Pada mulanya, aliran ini masih menganut semacam realism yang naïf yang menganggap bahwa pengenalan yang diperoleh melalui pengalaman tanpa menyelidiki lebih lanjut, telah memunyai nilai yang objektif. Namun kemudian nilai pengenalan yang diperoleh melalui pengalaman itu sendiri dijadikan sasaran atau objek peneliti.

     Menurut empirisme Pengalaman tidak lain merupakan akibat suatu objek yang merangsang alat inderawi, yang secara demikian menimbulkan rangsangan syaraf yang diteruskan keotak dan dipahami sebagaimana adanya setelah itu dibentuklah tanggapan-tanggapan melalui obyek3.                                                                                                                                                                                              

C.    FENOMENOLOGI
Fenomenologi berasal dari kata Fenomen  yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang tidak nyata dan semu.
perbedaan yang dibawakan oleh Kant antara fhenomenon atau penampakkan realitas kepada kesadaran, dan noumenon atau wujud dari realitas itu sendiri. Froblema untuk mengompromikan realitas dengan fikiran tentang realitas menjadi lebih sulit karena tidak dapat mengetahui realitas tanpa hubungan dengan kesadaran, dan tidak dapat mengetahui kesadaran tanpa hubungan dengan realitas. Seorang filosof itu mengabdikan diri untuk menembus rahasia, filosof fenomenologi berusaha untuk memecahkan dualisme itu. Ia memulai tugasnya dengan mengatakan : jika memang ada pemecahan soal, maka pemecahan tersebut berbunyi  “hanya fenomenologi yang tersajikan kepada kita dan oleh karena  itu kita harus melihatnya”. Sebagaimana yang telah dituliskan oleh Maurice Merleau-Ponty, “Fenomena adalah daftar-kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam” 4.
_____________________________________
3 Khaerul Azmi, Filsafat Ilmu Komunikasi,(Tangerang:Empat Pena Publishing,2013),hlm.54
4 Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.127.




Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber berpikir yang kritis. Tokohnya Edmund Husserl (1839-1939), dan pengikutnya max Scheler (1874-1928).
Pemikirannya, bahwa objek/benda harus di beri kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenomologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif.
Dunia kehidupam (lebenswel) adalah dasar makna yang di lupakan oleh ilmu pengetahuan. Begitulah ujar Husserl. Pencetus filsafat fenomenologi. Dunia kehidupan adalah unsure sehari-hari yang membentuk kenyataan kita, unsure-unsur dunia tang kita libati dan hadapi sebelum kita meneorikan atau merefleksikan secara filosofis3. Dunia kehidupan memuat segala orientasi yang kita andalkan begitu saja yang kita hayati pada tahap tahap yang paling primer. Sayangnya dunia kehidupan ini telah dilupakan.kita kerap memaknai kehidupan tidak secara apa adaya, tetapi bedasarkan teori-teori, refelksi filosofi tertentu atau berdasarkan oleh penafsiran penafsiran yang di warnai oleh kepentingan kepentingan, situasi kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan kita. Maka fenomenologi menyerukan zuruck zu de sachen selbest (kembali kepada benda-benda itu sendiri).
Pemikiran fenomenologi bukan sebuah gerakn pemikiran yang koheren. Ini mungkin lebih mereflesikan pemikiran dari beberapa filsuf., termasuk didalamnya Edmud Hussel, Murince Merleu Ponty, Martin Heidegger dan Alfred Schutz. Pada bagian ini kita membahas dua garis besar dan pemikiran fenomenologi: fenomenologi trasendental seperti yang digambarkan dalam kerja Edmund Husserl dan fenomenologi sosial yang digambarkan oleh Alfred Schut. Meskipun dua pemikiran ini punya tujuan dan metode yang berbeda, mereka mempunyai kesamaan dari sudut pandang fenomenologi yang telah digaris bawahi oleh Deetz dalam hubungan dengan studi komunikasi5.
Pertama dan prinsip paling dasar dari fenomenologi yang secara jelas dihubungkan dengan idialisme jerman dalam buku ini adalah bahwa pengetahuan adalah pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam pengalam eksternal tetapi dalam diri dalam kesadaran individu.
_____________________________________
5Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.128


Jadi fenomenologi lebih mengitari penelitian untuk menangani subjektif ketimbang mencari objektifn sebab akibat yang penjelasannya universal.
 Kedua makna adalah derivasi dari potensialiutas sebuah objek atau pengalaman yang khusus dalam kehidupan peribadi. Dalam artiannya, makna dalam sebuah pohon yang tumbuh dihalaman dapat berkisar dalam makna indahnya dahan dahan, keteduhan yang penuh hasrat, kicauan burung yang meniami pohon itua atau sebuah halangan yang tidak diinginkan untuk menyatukan konstruksi makna tersebut. Esiensinya, makna yang bedasarakan dari sebuah objek atau pengalam akan bergantung pada latar belakan indifidu dan kejadian tertentu dalam hidup. Ketiga, fenomenologi percaya bahwa dunia dialami dan makna dibangun melalui bahasa. Asumsi ini meliputi berbagai macam kalangan fenomenologi percaya bahwa dunia dialami dan makna dibangun melalui bahasa. Ketiga dasar fenomenologi ini mempunyai perbedaan derajat signifikan, bergabung pada aliran tertentu pemikiran fenomenologi yang akan dibahas6.
Fenomenologi transedental ( kadang disebut fenomenologi klasik) dicetuskan oleh Edmund Hussel ( 1859 – 1938 ), seorang fisikawan dan ahli matematika yang kemudian memfokuskan dirinya pada isu isu fundamental mengenai bagaimana kita bisa mengetahui dunia. Focus perhatiannya adalah tesis bahwa pada keseharian hidup kita, esensi dari objek dan pengalaman menjadi kabue dengan konsep-konsep tang diterima begitu saja, yang kemudian menjadi sebuah kebenaran umum.
Contohnya interaksi kita dimeja makan pada saat makan malam mungkin dikatakan sebagai sebuah kesepakatan melalui sikap kita sebagai anggota keluarga, nama kita bisa menerima interaksi begitu saja serta makna yang mereka dapatkan. Karena kekaburan esensi pengalam ini, hussel percaya bahwa inti usaha fenimenologi adalah untuk memurnikan sikap alamiah kehidupan sehari hari dengan tujuan menerjemahkan sebagai sebuah objek untuk meneliti filsafat secara cermat dan dalam rangka menggambarkan serta memperhitunngkan stuktur esensialnya “(Natanson;1966, hal. 3).
Tujuan dari pemurnian ini, menurut hussel telah dicapai melalui metode epoch. Metode ini meliputi pemebrian tanda kurung
___________________________________
6 Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.128

D.    Hermeuneutika
Hermeunika adalah bahasa, dan karena itu memahami manusia dapat dimulai dari bahsa, kenapa bahasa? karena bahasa merupakan objektifitas dari kesadaran manusia akan kenyataan (lahir dan batin). Bahasa mencerminkan realitas yang dialami si penutur, sekaligus apa yg di pikirkan oleh penutur itu. Melalui bahsa juga manusia member makna, dan maksa seperti telah dikemukakan sebelunya bahwa adalah objek kajian ilmu sosial.
     Inti dari tradisi hemeutika adalah konsep dalam sebuah teks, meski seperti tercatat diawal, hemeutika dimulai dari pemahaman terhadap teks sacral seperti beibel, analisis hemeutika melibatkan sebuah pertimbangan tentang teks dalam terang pengetahuan teoretis para periset tentang gaya teks, dan situasi dimana teks itu di peroduksi, seperti yang telah di jelaskan oleh Diesing.
Lingkaran hermeutika adalah pola pemahaman khas hermeutika , bahwa pengetahuan kita dibatasi dengan konteks yang lebih luas pada pemahaman masing-masing seperti dalam memahami kalimat7.
Perbedaan hemoteotika disini adalah tidak ada pengetahuan tanpa pengetahuan yang mendahului. Darinya kita membentuk sebuah keinginan tentang sesuatu yang tidak kita ketahui dari sesiatu yang kita tahu. Pengetahuan kita mungkin bisa salah atau dapat salah atau bersifat persieal atau tidak teratur aau tidak dapat diterapkan dalam teks itu. Dalam kasus itu sebuah interpreteksi akan bermasalah jika pengetahuan awal kita lemah, kita dapat memulai dengan dua atau lebih keinginan yang saling berlawanan dan melihat bagaimana yang satu bekerja lebih baik atau lebih miripnya kita akan secarasederhana kita bisa melihat apa yang sedang terjadi. Kontribusi pemikiran hermeuneutika untuk teori interprentif kontemporer  dalam komunikasi dapat diringkas dalam beberapa gagasan sentral.
                 Pertama, hermeuneutika menegaskan pentingnya sebuah pemahaman (verstehen) sebagai sebuah oposisi dari penjelasan, prediksi dan control (erklaren), sebagai sebuah tujuan analisis sosial.Dalam artian,para penetliti sosial harus mempertimbangkan isu-isu tentang makna dan siknifikansi subjektifitas ketimbang ketertarikan pada riset ilmiah tentang hokum-hukum universal dan hubungan kausal (sebab-akibat).
___________________________________
7Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.131

Berikut ini dikemukakan perbedaan mendasar antara metode ilmiah alami dan metode ilmiah sosial.
a.       Yang dicari dalam kelompok ilmu-ilmu alam adalah dalil umum yang memang dimungkinkan untuk mengukur uniformitas kejala-kejala alam yaitu anggapan bahwa dalam kondisi yang sama akan terjadi hal yang sama.
b.      Dari segi logika keduanya memiliki perbedaan yang cukup tegas. Ilmu-ilmu alam menggunakan logic of science, sedang geistestwissenschaften menerapkan logic of hermeneutics.
c.       Sebaliknya logic of humanities justru bertolak dari anggapan bahwa antara pengamat dan objek yang diamatinya (yaitu manusia dan masyarakat) terdapat suatu hubungan yang erat yang kuat, dan karena itu gejala-gejala yang diamati itupun tidak dapat diobjektifkan lagi.

Hermeuneutika menekankan konsep sentral teks dan berusaha meyakinkan bahwa berbagai perilaku dan objek-objek yang terbentuk dalam kehidupan sosial dapat dimaknai sebagai sebuah teks. Dalam artian, teks-teks yang dianalisis dalam studi komunikasi dapat berupa pidato, acara televise, pertemuan bisnis, percakapan yang intim, perlaku nonverbal atau arsitektur dan dekorasi dari sebuah rumah.         
Melalui pengembangan siklus hermeuneutika para sarjana hermeuneutika ini mengajukan argument yang menentang pemilihan antara “subjek yang mengetahui” dan “pengetahuan atau yang diketahui” sebagai prinsip dasar tradisi post-positif8.

E.     PRAGMATISME
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Maka pragmatism adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bemanfaat secara praktis.
Tokohnya Wiliam james (1842-1910) lahir di New York, memperkenalkan ide idennya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam bidang seni, psikologi, anatomi fisiologi dan filsafat.
____________________________________
8Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.131

Kelompok pragmatisme bersikap kritis terhadap sistem-sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk-bentuk aliran materialisme, idealisme dan realisme. Mereka mengatakan bahwa pada masa lalu filsafat telah keliru karena mencari hal-hal mutlak, yang ultimate, esensi-esensi abadi, substansi, prinsip yang tetap dan sistem kelompok empiris, dunia yang berubah serta problema-problemanya, dan alam sebagai sesuatu dan manusia tidak dapat melangkah keluar daripadanya.

William James memandang pemikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme inggris, namun empirismenya bukan merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta-fakta lepas sebagai hasil pengamatan. James membedakan menjadi 2 bagian:

a. Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan
b. Pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian.
Kebenaran itu suatu proses, suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat atau buah dari ide itu. Oleh karena kebenaran itu hanya suatu yang potensial, baru setelah verifikasi praktis (berdasarkan hasil/buah pemikiran), kebenaran potensial menjadi real9.
    
F.     Neo-Kantianisme
Banyak filosof jerman yang tidak puas terhadap materialism, Positifisme, dan Idealisme. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis. Dan gerakan ini disebut Neo-Kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windelband(1848-1915), Herman Cohen (1842-1918),Paul Natrop (1854-1924), Heinrich Reickhart (1963-1939).
Istilah Neo-kantianisme dipandang searti dengan kritikisme yang bergerak dalam dua aliran, yaitu realisme dan  prakmatisme, Pemikirannya lahir untuk mencari peranan yang dimainkan oleh akal budi manusia dalam proses mengetahui, dan nilai yang dapat dilekatkan kepada usaha mengetahui, dan mencari hubungan antara usaha mengetahui ini dengan dunia-luar. Pokok pembahasan neo-kantianisme membahasa teori pengetahuan yang harus dapat menerangkan bentuk-bentuk pengetahuan yang berbeda-beda,
_________________________________

seperti: pengetahuan sehari-hari, pengetahua dalam ilmu pengetahuan positif dan filsafat, pengetahuan dalam moral serta pengetahuan estetik dalam agama serta teologi10.

G.    EKSISTANSIALISME
Kata eksistensialisme berasal dari kata  = ke luar, dan sistensi atau sisto = berdiri, menempatkan.Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai gejala dengan berdasar eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada (bereksistensi) dalam dunia.Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1831-1855), martin Heidegger,J.P.Sarte, Karl japers, Gabriel Marcel.Eksistensialisme, mengatakan bahwa yang menjadi tujuan utama pendidikan bukan agar anak didik dibantu mempelajari bagaimana menanggulangi masalah-masalah eksistensial mereka, melainkan agar dapat mengalami secara penuh eksistensi mereka. Para pendidik eksistensialis akan mengukur hasil pendidikan bukan semata-mata pada apa yang telah dipelajari dan di-ketahui oleh anak didik, tetapi yang lebih penting adalah apa yang mampu mereka ketahui dan alami. Oleh karena itu mereka menolak pendidikan dengan sistem indoktrinasi11.

H.    IDEALISME
 dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
   Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan daripada idealism. 
____________________________________
10http://imamalfataach.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-aliran-aliran-ilmu.html
11Ibid


Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspek-aspeknya adalah perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendapat bahwa, terdapat suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang “tertinggi dalam jiwa” juga merupakan “yang terdalam dalam alam”. Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal, jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupan sendiri.

Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorangakanmemikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.

   Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia.

Jenis-Jenis Idealisme 
Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori yang berlainan walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan idealisme personal.                     
1.    Idealisme Subjektif
   Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
   Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif.                       
2.   Idealisme Objektif
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam susunan alam.    
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
   Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
3.    Idealisme Personal (personalisme)
   Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir12.
__________________________________
12Wikipedia Indonesia                                                           
I. MATERIALISME
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun metafisikan adalah   metafisika       materealisme.
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materi dan alam semesta sama sekali tidak memiliki karakteristik-karakteristik pikiran dan tidak ada entitas-entitas nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah materi. Setiap perubahan bersebab materi atau natura dan dunia fisik13.

J. PLURALISME
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional, fundamental.
Didalamnya hanya terdapat pelbagi jenis tingkatan dan dimensi yang tidak dapat diredusir. Pandangan demikian mencangkup puluhan teori, beberapa diantaranya teori para filosuf yunani kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak hanya terdiri dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang merupakan unsur substansial dari segala wujud. Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain: Empedakles (490-430 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah. Anaxogoras (500-428 SM),
__________________________________

yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur14.

K. POSITIVISME
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang di luar fakta atau kenyataan di kesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Tokohnya adalah August Comte (1798–1857) M. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen merupakan ukuran – ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, berat diukur dengan kiloan dan lain – lain.
Positivisme pada dasarnya bukanlan suatu aliran yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran–ukuran. Jadi, positifisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
Menurut August Comte, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap, tahap teologis, tahap metafisis dan tahap ilmiah/positif.
Tahap pertama: Zaman Teologis, zaman dimana manusia percaya bahwa dibelakang gejala–gejala alam, terdapat kuasa–kuasa adi kodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala–gejala tersebut.
Tahap kedua: Zaman Meafisis, kekuatan yang adi kodrati diganti dengan ketentuan – ketentuan abstrak.
Tahap ketiga: Tahap Positi/Ilmiah, anusia telah mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya, sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang berasal dari fakta–fakta pengamatan dengan memakai akal.
Hukum 3 tahap ini tidak hanya berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi tiap perseorangan. Umpamanya sebagai kanak–kanak adalah seorang teolog pemuda menjadi metafisis dan sebagai orang dewasa ia adalah seorang fisikus.

L. STUKTURALISME
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaanmemiliki suatu struktur yang sama dan tetap.Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya terjadi di Perancis.Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangun), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh para ahli humaniora. Struktualisme berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika14.

















_____________________________________
14 http://imamalfataach.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-aliran-aliran-ilmu.html




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Filsafat adalah hasil pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang zaman diseluruh dunia. Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang dibandingkan dengan sejarah ilmu pengetahuan, telah memperkaya khazanah (perbendaharaan) ilmu filsafat. Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah menarik minat dan perhatian para pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat banyak mempengaruhi perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Filsafat telah mempengaruhi sistem politik, sistem sosial, sistem ideologi semua bangsa-bangsa-bangsa. Juga filsafat mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan itu sendiri, yang tersimpul di dalam filsafat ilmu pengetahuan tertentu seperti filsafat huku, filsafat ekonomi, filsafat ilmu kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya. Akhirnya yang pokok dari semua iatu, filsfat telah mempengaruhi sikap hidup, cara berpikir, kepercayaan atau ideologinya. Filsafat telah mewarisi subyek atau pribadi sedemikian kuat, sehingga tiap orang menjadi penganut suatu faham filsafat baik sadar maupun tidak, langsung ataupun tidak langsung.

Ajaran filsafat pada dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam meng-approach suatu masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda-beda tentang masalah yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, di samping pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat tersebut disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran (sistem) suatu ajaran filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai produk suatu zaman, produk suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu ajaran filsafat dapat merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia. Filsafat dapat berbentuk cita-cita, idealisme yang secara radikal berhasrat meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu.


Terkhusus pada bidang filsafat awal mula timbulnya berasal dari rasa ingin tahu kemudian terbentuklah mitos yang mempercayai keberadaan sifat gaib yaitu roh-roh di balik alam jagat raya ini, dan ini dipercayai oleh orang dahulu sebagai suatu kebenaran. Selanjutnya rasa kritis pun mulai menderai orang-orang atas kebenaran mitos itu rasa sangsi pun muncul, lalu ingin kepastian, timbulnya pertanyaan dan rasa-rasa tersebut adalah dasar timbulnya filsafat. Berdasarkan kenyataan sejarah, filsafat bukanlah semata-mata hasil perenungan, hasil pemikiran kreatif yang terlepas daripada pra kondisi yang menantang. Paling sedikit, ide-ide filosofis adalah jawaban terhadap problem yang menentang pikiran manusia, jawaban atas ketidak tahuan, atau verifikasi tentang sesuatu. Filsafat juga merupakan usaha meneuhi dorongan-dorongan rasional manusiawi demi kepuasan rohaniah, untuk kemantangan pribadi, untuk integritas.

B.     Saran
Tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali ciptaan-Nya. Apalagi manusia tidak ada daya apa-apa untuk menciptakan sesuatu. Demikian juga dengan karya ilmiah ini yang jauh dari kesempurnaan. Penulis harap karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang telah membantu dan para pembaca. Kritik dan saran senantiasa saya terima demi penyempurnaan karya ilmiah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Khaerul Azmi, Filsafat Ilmu Komunikasi,Tangerang:Empat Pena Publishing,2013
Wikipedia Indonesia.com
Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2007.
http://imamalfataach.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-aliran-aliran-ilmu.html




































Tidak ada komentar:

Posting Komentar