BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penjelasan mengenai makna kehidupan
dan bagaimana seharusnya kita menjalaninya merupakan masalah yang klasik, yang
hingga sekarang susah untuk ditetapkan filsafat mana yang paling benar yang
seharusnya kita anut. Para filsuf tersebut menggunakan sudut pandang yang
berbeda sehingga menghasilkan filsafat yang berbeda pula. Dari beberapa banyak
aliran filsafat, kami hanya membahas aliran filsafat idealisme, materialisme,
eksistensialisme, monisme, dualisme dan pluralisme. Antara aliran atau paham
yang satu dan yang lainnya ada yang saling bertentangan dan ada pula yang
memiliki konsep dasar sama. Akan tetapi meskipun bertentangan, bukanlah untuk
saling dipertentangkan. Justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah
diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas
dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Memahami sistem filsafat sesungguhnya menelusuri dan
mengkaji suatu pemikiran mendasar dan tertua yang mengawali kebudayaan
manusia. Suatu sistim, filsafat berkembang berdasarkan ajaran seorang atau
beberapa orang tokoh pemikir filsafat. Sistem filsafat sebagai suatu masyarakat
atau bangsa. Sistem filsafat amat ditentukan oleh potensi dan kondisi
masyarakat atau bangsa itu, tegasnya oleh kerjasama faktor dalam dan faktor
luar. Faktor-faktor ini diantaranya yang utama ialah sikap dan pandangan hidup,
citakarsa dan kondisi alam lingkungan. Apabila cita karsanya tinggi dan
kuat tetapi kondisi alamnya tidak menunjang, maka bangsa itu tumbuhnya tidak
subur (tidak jaya).Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri, selain memenuhi
kewajiban membuat tugas, adalah untuk memenuhi rasa ingin tahu dan keterkaitan
penulis terhadap bab aliran filsafat rasionalisme,
empirisme, fenomenologi, hermeuneutika, pragmatism, neo-kantianisme, eksistensialisme, idealisme, materialisme,
pluralism, positivism.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat kami
rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari rasionalisme,
empirisme, fenomenologi, hermeuneutika, pragmatism, neo-kantianisme, eksistensialisme, idealisme, materialisme,
pluralism, positivism?
2. Siapa saja yang berperan dan paling
berperan dalam aliran-aliran filsafat ?
3. Apa saja pembagian jenis-jenis dari
masing-masing aliran filsafat tersebut ?
C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran-aliran tersebut
diatas
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang berperan dalam
aliran-
aliran dalam filsafat tersebut diatas.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
RASIONALISME
Aliran
rasinalisme berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang mencungkupi dan yang
bisa di percaya adalah rasio (akal). Hanya pengetahuan yang diperoleh memenuhi
syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmu. Pengalaman hanya dapat
dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang didapat oleh akal1, akal
tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat menurunkan kebenaran dari pada dirinya
sendiri, yaitu atas dasar asas asas pertama yang pasti. Metode yang diterapkan
adalah deduktif. Teladan yang dikemukakan adalah ilmu pasti.
Dengan member tekanan
pada metode deduktif, seorang penganut rasionalisme tentu mengakui bahwa
kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh kesimpulan-kesimpulan yang diperolehnya
sama banyaknya dengan kebenaran-kebenaran yang dikandung oleh prinsip-prinsip
yang mengakibatkan kesimpulan-kesimpulan tersebut.
Seorang penganut
rasionalis tidak memandang pengalaman sebagai hal yang tidak mengandung nilai,
bahkan sebaliknya, ia mungkin mencari pengalaman-pengalaman selanjutnya sebagai
bahan pembantu atau sebagai pendorong dalam penyelidikan untuk memperoleh
kebenaran. Dan ia mungkin mengadakan pembedaan pengetahuan dan pendapat.
Pengetahuan merupakan kegiuatan akal yang mengolah hasil tangkapan yang tidak
jelas yang timbul dari indra, ingatan atau angan-angan.
B.
EMPIRISME
Aliran empirisme
berpendapat, bahwa pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalan
yang batiniah maupun yang lahiriah. Akal bukan menjadi sumber pengetahuan, akan
tetapi akal mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari
pengalan2.
_____________________________________
1 Khaerul
Azmi, Filsafat Ilmu Komunikasi,(Tangerang:Empat
Pena Publishing,2013),hlm.51
2Ibid:hal.53
Metode
yang diterapkan adalah induksi. Pada mulanya, aliran ini masih menganut semacam
realism yang naïf yang menganggap bahwa pengenalan yang diperoleh melalui
pengalaman tanpa menyelidiki lebih lanjut, telah memunyai nilai yang objektif.
Namun kemudian nilai pengenalan yang diperoleh melalui pengalaman itu sendiri
dijadikan sasaran atau objek peneliti.
Menurut empirisme Pengalaman tidak lain merupakan akibat suatu
objek yang merangsang alat inderawi, yang secara demikian menimbulkan
rangsangan syaraf yang diteruskan keotak dan dipahami sebagaimana adanya
setelah itu dibentuklah tanggapan-tanggapan melalui obyek3.
C.
FENOMENOLOGI
Fenomenologi
berasal dari kata Fenomen yang artinya gejala, yaitu
suatu hal yang tidak nyata dan semu.
perbedaan yang dibawakan oleh Kant
antara fhenomenon atau penampakkan realitas kepada kesadaran, dan noumenon atau
wujud dari realitas itu sendiri. Froblema untuk mengompromikan realitas dengan
fikiran tentang realitas menjadi lebih sulit karena tidak dapat mengetahui
realitas tanpa hubungan dengan kesadaran, dan tidak dapat mengetahui kesadaran
tanpa hubungan dengan realitas. Seorang filosof itu mengabdikan diri untuk
menembus rahasia, filosof fenomenologi berusaha untuk memecahkan dualisme itu.
Ia memulai tugasnya dengan mengatakan : jika memang ada pemecahan soal, maka
pemecahan tersebut berbunyi “hanya fenomenologi yang tersajikan kepada
kita dan oleh karena itu kita harus melihatnya”. Sebagaimana yang telah
dituliskan oleh Maurice Merleau-Ponty, “Fenomena adalah
daftar-kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam” 4.
_____________________________________
3 Khaerul Azmi, Filsafat Ilmu Komunikasi,(Tangerang:Empat
Pena Publishing,2013),hlm.54
Dan yang lebih penting dalam
filsafat fenomenologi sebagai sumber berpikir yang kritis. Tokohnya Edmund
Husserl (1839-1939), dan pengikutnya max Scheler (1874-1928).
Pemikirannya, bahwa objek/benda harus di beri kesempatan
untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenomologis yang didukung oleh
metode deduktif. Tujuannya adalah melihat hakikat gejala-gejala secara
intuitif.
Dunia
kehidupam (lebenswel) adalah dasar makna yang di lupakan oleh ilmu pengetahuan.
Begitulah ujar Husserl. Pencetus filsafat fenomenologi. Dunia kehidupan adalah
unsure sehari-hari yang membentuk kenyataan kita, unsure-unsur dunia tang kita
libati dan hadapi sebelum kita meneorikan atau merefleksikan secara filosofis3.
Dunia kehidupan memuat segala orientasi yang kita andalkan begitu saja yang
kita hayati pada tahap tahap yang paling primer. Sayangnya dunia kehidupan ini
telah dilupakan.kita kerap memaknai kehidupan tidak secara apa adaya, tetapi
bedasarkan teori-teori, refelksi filosofi tertentu atau berdasarkan oleh
penafsiran penafsiran yang di warnai oleh kepentingan kepentingan, situasi
kehidupan dan kebiasaan-kebiasaan kita. Maka fenomenologi menyerukan zuruck zu
de sachen selbest (kembali kepada benda-benda itu sendiri).
Pemikiran fenomenologi bukan sebuah
gerakn pemikiran yang koheren. Ini mungkin lebih mereflesikan pemikiran dari
beberapa filsuf., termasuk didalamnya Edmud Hussel, Murince Merleu Ponty,
Martin Heidegger dan Alfred Schutz. Pada bagian ini kita membahas dua garis
besar dan pemikiran fenomenologi: fenomenologi trasendental seperti yang
digambarkan dalam kerja Edmund Husserl dan fenomenologi sosial yang digambarkan
oleh Alfred Schut. Meskipun dua pemikiran ini punya tujuan dan metode yang
berbeda, mereka mempunyai kesamaan dari sudut pandang fenomenologi yang telah
digaris bawahi oleh Deetz dalam hubungan dengan studi komunikasi5.
Pertama dan prinsip paling dasar dari
fenomenologi yang secara jelas dihubungkan dengan idialisme jerman dalam buku
ini adalah bahwa pengetahuan adalah pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam
pengalam eksternal tetapi dalam diri dalam kesadaran individu.
_____________________________________
5Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung:
Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.128
Jadi
fenomenologi lebih mengitari penelitian untuk menangani subjektif ketimbang
mencari objektifn sebab akibat yang penjelasannya universal.
Kedua
makna adalah derivasi dari potensialiutas sebuah objek atau pengalaman yang
khusus dalam kehidupan peribadi. Dalam artiannya, makna dalam sebuah pohon yang
tumbuh dihalaman dapat berkisar dalam makna indahnya dahan dahan, keteduhan
yang penuh hasrat, kicauan burung yang meniami pohon itua atau sebuah halangan
yang tidak diinginkan untuk menyatukan konstruksi makna tersebut. Esiensinya,
makna yang bedasarakan dari sebuah objek atau pengalam akan bergantung pada
latar belakan indifidu dan kejadian tertentu dalam hidup. Ketiga, fenomenologi
percaya bahwa dunia dialami dan makna dibangun melalui bahasa. Asumsi ini
meliputi berbagai macam kalangan fenomenologi percaya bahwa dunia dialami dan
makna dibangun melalui bahasa. Ketiga dasar fenomenologi ini mempunyai
perbedaan derajat signifikan, bergabung pada aliran tertentu pemikiran
fenomenologi yang akan dibahas6.
Fenomenologi transedental ( kadang
disebut fenomenologi klasik) dicetuskan oleh Edmund Hussel ( 1859 – 1938 ),
seorang fisikawan dan ahli matematika yang kemudian memfokuskan dirinya pada
isu isu fundamental mengenai bagaimana kita bisa mengetahui dunia. Focus
perhatiannya adalah tesis bahwa pada keseharian hidup kita, esensi dari objek
dan pengalaman menjadi kabue dengan konsep-konsep tang diterima begitu saja,
yang kemudian menjadi sebuah kebenaran umum.
Contohnya
interaksi kita dimeja makan pada saat makan malam mungkin dikatakan sebagai
sebuah kesepakatan melalui sikap kita sebagai anggota keluarga, nama kita bisa
menerima interaksi begitu saja serta makna yang mereka dapatkan. Karena
kekaburan esensi pengalam ini, hussel percaya bahwa inti usaha fenimenologi
adalah untuk memurnikan sikap alamiah kehidupan sehari hari dengan tujuan
menerjemahkan sebagai sebuah objek untuk meneliti filsafat secara cermat dan
dalam rangka menggambarkan serta memperhitunngkan stuktur esensialnya
“(Natanson;1966, hal. 3).
Tujuan
dari pemurnian ini, menurut hussel telah dicapai melalui metode epoch. Metode
ini meliputi pemebrian tanda kurung
___________________________________
6 Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung:
Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.128
D.
Hermeuneutika
Hermeunika
adalah bahasa, dan karena itu memahami manusia dapat dimulai dari bahsa, kenapa
bahasa? karena bahasa merupakan objektifitas dari kesadaran manusia akan
kenyataan (lahir dan batin). Bahasa mencerminkan realitas yang dialami si
penutur, sekaligus apa yg di pikirkan oleh penutur itu. Melalui bahsa juga
manusia member makna, dan maksa seperti telah dikemukakan sebelunya bahwa
adalah objek kajian ilmu sosial.
Inti dari tradisi hemeutika adalah konsep
dalam sebuah teks, meski seperti tercatat diawal, hemeutika dimulai dari
pemahaman terhadap teks sacral seperti beibel, analisis hemeutika melibatkan
sebuah pertimbangan tentang teks dalam terang pengetahuan teoretis para periset
tentang gaya teks, dan situasi dimana teks itu di peroduksi, seperti yang telah
di jelaskan oleh Diesing.
Lingkaran
hermeutika adalah pola pemahaman khas hermeutika , bahwa pengetahuan kita
dibatasi dengan konteks yang lebih luas pada pemahaman masing-masing seperti
dalam memahami kalimat7.
Perbedaan
hemoteotika disini adalah tidak ada pengetahuan tanpa pengetahuan yang
mendahului. Darinya kita membentuk sebuah keinginan tentang sesuatu yang tidak
kita ketahui dari sesiatu yang kita tahu. Pengetahuan kita mungkin bisa salah
atau dapat salah atau bersifat persieal atau tidak teratur aau tidak dapat
diterapkan dalam teks itu. Dalam kasus itu sebuah interpreteksi akan bermasalah
jika pengetahuan awal kita lemah, kita dapat memulai dengan dua atau lebih
keinginan yang saling berlawanan dan melihat bagaimana yang satu bekerja lebih baik
atau lebih miripnya kita akan secarasederhana kita bisa melihat apa yang sedang
terjadi. Kontribusi pemikiran hermeuneutika untuk teori interprentif
kontemporer dalam komunikasi dapat
diringkas dalam beberapa gagasan sentral.
Pertama, hermeuneutika menegaskan
pentingnya sebuah pemahaman (verstehen) sebagai sebuah oposisi dari penjelasan,
prediksi dan control (erklaren), sebagai sebuah tujuan analisis sosial.Dalam
artian,para penetliti sosial harus mempertimbangkan isu-isu tentang makna dan
siknifikansi subjektifitas ketimbang ketertarikan pada riset ilmiah tentang
hokum-hukum universal dan hubungan kausal (sebab-akibat).
___________________________________
7Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung:
Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.131
Berikut ini dikemukakan perbedaan
mendasar antara metode ilmiah alami dan metode ilmiah sosial.
a. Yang
dicari dalam kelompok ilmu-ilmu alam adalah dalil umum yang memang dimungkinkan
untuk mengukur uniformitas kejala-kejala alam yaitu anggapan bahwa dalam
kondisi yang sama akan terjadi hal yang sama.
b. Dari
segi logika keduanya memiliki perbedaan yang cukup tegas. Ilmu-ilmu alam
menggunakan logic of science, sedang geistestwissenschaften menerapkan logic of
hermeneutics.
c. Sebaliknya
logic of humanities justru bertolak dari anggapan bahwa antara pengamat dan
objek yang diamatinya (yaitu manusia dan masyarakat) terdapat suatu hubungan
yang erat yang kuat, dan karena itu gejala-gejala yang diamati itupun tidak
dapat diobjektifkan lagi.
Hermeuneutika menekankan konsep sentral
teks dan berusaha meyakinkan bahwa berbagai perilaku dan objek-objek yang
terbentuk dalam kehidupan sosial dapat dimaknai sebagai sebuah teks. Dalam
artian, teks-teks yang dianalisis dalam studi komunikasi dapat berupa pidato, acara
televise, pertemuan bisnis, percakapan yang intim, perlaku nonverbal atau
arsitektur dan dekorasi dari sebuah rumah.
Melalui pengembangan
siklus hermeuneutika para sarjana hermeuneutika ini mengajukan argument yang
menentang pemilihan antara “subjek yang mengetahui” dan “pengetahuan atau yang
diketahui” sebagai prinsip dasar tradisi post-positif8.
E.
PRAGMATISME
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Maka
pragmatism adalah suatu aliran yang benar adalah apa saja yang membuktikan
dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bemanfaat secara praktis.
Tokohnya Wiliam james (1842-1910) lahir di New York,
memperkenalkan ide idennya tentang pragmatisme kepada dunia. Ia ahli dalam
bidang seni, psikologi, anatomi fisiologi dan filsafat.
____________________________________
8Elvinaro dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi, (Bandung:
Simbosa Rekatama Media, 2007).hlm.131
Kelompok pragmatisme bersikap kritis
terhadap sistem-sistem filsafat sebelumnya seperti bentuk-bentuk aliran materialisme,
idealisme dan realisme. Mereka mengatakan bahwa pada masa lalu filsafat telah
keliru karena mencari hal-hal mutlak, yang ultimate, esensi-esensi abadi,
substansi, prinsip yang tetap dan sistem kelompok empiris, dunia yang berubah
serta problema-problemanya, dan alam sebagai sesuatu dan manusia tidak dapat
melangkah keluar daripadanya.
William James memandang pemikirannya
sendiri sebagai kelanjutan empirisme inggris, namun empirismenya bukan
merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta-fakta lepas
sebagai hasil pengamatan. James membedakan menjadi 2 bagian:
a. Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan
b. Pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian.
Kebenaran itu suatu proses, suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat atau buah dari ide itu. Oleh karena kebenaran itu hanya suatu yang potensial, baru setelah verifikasi praktis (berdasarkan hasil/buah pemikiran), kebenaran potensial menjadi real9.
a. Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan
b. Pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian.
Kebenaran itu suatu proses, suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat atau buah dari ide itu. Oleh karena kebenaran itu hanya suatu yang potensial, baru setelah verifikasi praktis (berdasarkan hasil/buah pemikiran), kebenaran potensial menjadi real9.
F.
Neo-Kantianisme
Banyak
filosof jerman yang tidak puas terhadap materialism, Positifisme, dan
Idealisme. Mereka ingin kembali ke filsafat kritis. Dan gerakan ini disebut
Neo-Kantianisme. Tokohnya antara lain Wilhelm Windelband(1848-1915), Herman
Cohen (1842-1918),Paul Natrop (1854-1924), Heinrich Reickhart (1963-1939).
Istilah Neo-kantianisme dipandang
searti dengan kritikisme yang bergerak dalam dua aliran, yaitu realisme
dan prakmatisme, Pemikirannya lahir untuk mencari peranan yang
dimainkan oleh akal budi manusia dalam proses mengetahui, dan nilai yang dapat
dilekatkan kepada usaha mengetahui, dan mencari hubungan antara usaha
mengetahui ini dengan dunia-luar. Pokok pembahasan neo-kantianisme membahasa
teori pengetahuan yang harus dapat menerangkan bentuk-bentuk pengetahuan yang
berbeda-beda,
_________________________________
seperti: pengetahuan sehari-hari,
pengetahua dalam ilmu pengetahuan positif dan filsafat, pengetahuan dalam moral
serta pengetahuan estetik dalam agama serta teologi10.
G.
EKSISTANSIALISME
Kata eksistensialisme berasal dari kata = ke
luar, dan sistensi atau sisto = berdiri,
menempatkan.Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang berbagai
gejala dengan berdasar eksistensinya. Artinya, bagaimana manusia berada
(bereksistensi) dalam dunia.Pelopornya adalah Soren Kierkegaard (1831-1855),
martin Heidegger,J.P.Sarte, Karl japers, Gabriel Marcel.Eksistensialisme, mengatakan
bahwa yang menjadi tujuan utama pendidikan bukan agar anak didik dibantu
mempelajari bagaimana menanggulangi masalah-masalah eksistensial mereka,
melainkan agar dapat mengalami secara penuh eksistensi mereka. Para pendidik
eksistensialis akan mengukur hasil pendidikan bukan semata-mata pada apa yang
telah dipelajari dan di-ketahui oleh anak didik, tetapi yang lebih penting
adalah apa yang mampu mereka ketahui dan alami. Oleh karena itu mereka menolak
pendidikan dengan sistem indoktrinasi11.
H.
IDEALISME
dalam
filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit).
Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata idealisme dalam filsafat mempunyai
arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari.
Kata idealis itu dapat mengandung beberapa
pengertian, antara lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi,
estetika, dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan
menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti
dari kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang
idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan daripada idealism.
____________________________________
10http://imamalfataach.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-aliran-aliran-ilmu.html
11Ibid
Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide,
pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda
material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu
(primer) daripada materi.
Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara
aspek-aspeknya adalah perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis
akan berpendapat bahwa, terdapat suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan
alam. Apa yang “tertinggi dalam jiwa” juga merupakan “yang terdalam dalam
alam”. Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk
ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual; dan
hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah
bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi
menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal, jiwa, atau perorangan. Manusia
sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupan
sendiri.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan
yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi.
Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab,
seseorangakanmemikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus
memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya
materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah
akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang
sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung
sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk
kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya
bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca
indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal
dan budilah yang menentukan kualitas manusia.
Jenis-Jenis
Idealisme
Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai
teori yang berlainan walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme
objektif, dan idealisme personal.
1. Idealisme Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan
idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan
masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan
terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia
atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah
ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang
dari inggris yang bernama George Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley,
segala sesuatu yang tertangkap oleh sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi
yang real dan ada secara objektif.
2. Idealisme Objektif
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar
ide manusia. Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang
sudah terdapat dalam susunan alam.
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat
adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada
dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materi, yang ada secara abadi di luar
manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada,
termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia
membagi dunia dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret
ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia yang sesungguhnya, melainkan
bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di atas alam benda,
yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
3. Idealisme Personal (personalisme)
Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk
menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap
materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas
dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus,
akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir12.
__________________________________
12Wikipedia Indonesia
I. MATERIALISME
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal
atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme
mempersoalkan metafisika, namun metafisikan adalah metafisika materealisme.
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.
Materi dan alam semesta sama sekali tidak memiliki
karakteristik-karakteristik pikiran dan tidak ada entitas-entitas nonmaterial.
Realitas satu-satunya adalah materi. Setiap perubahan bersebab materi atau
natura dan dunia fisik13.
J. PLURALISME
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa
realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak
substansi yang bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam
semesta pada dasarnya tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan
tatanan yang koheren, rasional, fundamental.
Didalamnya hanya terdapat pelbagi jenis tingkatan dan dimensi yang tidak
dapat diredusir. Pandangan demikian mencangkup puluhan teori, beberapa
diantaranya teori para filosuf yunani kuno yang menganggap kenyataan terdiri
dari udara, tanah, api dan air. Dari pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa
aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi melainkan
banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak hanya terdiri dari jasmani
dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang merupakan unsur
substansial dari segala wujud. Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini
antara lain: Empedakles (490-430 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri
dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah. Anaxogoras (500-428 SM),
__________________________________
yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tidak
terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu
tenaga yang dinamakannodus yaitu
suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur14.
K. POSITIVISME
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal
dari fakta yang positif, sesuatu yang di luar fakta atau kenyataan di
kesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Tokohnya adalah August Comte
(1798–1857) M. Ia berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh
pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan
eksperimen. Kekeliruan indera akan dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen
merupakan ukuran – ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh
diukur dengan meteran, berat diukur dengan kiloan dan lain – lain.
Positivisme pada dasarnya bukanlan suatu aliran
yang khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme
yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah dengan
memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran–ukuran. Jadi, positifisme itu sama
dengan empirisme plus rasionalisme.
Menurut August Comte, perkembangan pemikiran
manusia berlangsung dalam 3 tahap, tahap teologis, tahap metafisis dan tahap
ilmiah/positif.
Tahap pertama: Zaman Teologis, zaman dimana manusia
percaya bahwa dibelakang gejala–gejala alam, terdapat kuasa–kuasa adi kodrati
yang mengatur fungsi dan gerak gejala–gejala tersebut.
Tahap kedua: Zaman Meafisis, kekuatan yang adi
kodrati diganti dengan ketentuan – ketentuan abstrak.
Tahap ketiga: Tahap Positi/Ilmiah, anusia telah
mulai mengetahui dan sadar bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisis tidak
ada gunanya, sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang berasal dari
fakta–fakta pengamatan dengan memakai akal.
Hukum 3 tahap ini tidak hanya
berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, tetapi juga berlaku bagi
tiap perseorangan. Umpamanya sebagai kanak–kanak adalah seorang teolog pemuda
menjadi metafisis dan sebagai orang dewasa ia adalah seorang fisikus.
L. STUKTURALISME
Strukturalisme adalah faham atau pandangan yang menyatakan bahwa semua masyarakat dan kebudayaanmemiliki suatu
struktur yang sama dan tetap.Strukturalisme juga adalah sebuah pembedaan secara tajam
mengenai masyarakat dan ilmu kemanusiaan dari tahun 1950 hingga 1970, khususnya
terjadi di Perancis.Strukturalisme berasal dari bahasa Inggris, structuralism; latin struere (membangun), structura berarti bentuk bangunan. Trend metodologis yang menyetapkan
riset sebagai tugas menyingkapkan struktur objek-objek ini dikembangkan olerh
para ahli humaniora. Struktualisme
berkembang pada abad 20, muncul sebagai reaksi terhadap evolusionisme positivis dengan menggunakan metode-metode riset
struktural yang dihasilkan oleh matematika, fisika14.
_____________________________________
14
http://imamalfataach.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-aliran-aliran-ilmu.html
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat adalah hasil
pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang zaman diseluruh
dunia. Sejarah pemikiran filsafat yang amat panjang dibandingkan dengan sejarah
ilmu pengetahuan, telah memperkaya khazanah (perbendaharaan) ilmu filsafat.
Sebagai ilmu tersendiri filsafat tidak saja telah menarik minat dan perhatian
para pemikir, tetapi bahkan filsafat telah amat banyak mempengaruhi
perkembangan keseluruh budaya umat manusia. Filsafat telah mempengaruhi sistem
politik, sistem sosial, sistem ideologi semua bangsa-bangsa-bangsa. Juga
filsafat mempengaruhi sistem ilmu pengetahuan itu sendiri, yang tersimpul di
dalam filsafat ilmu pengetahuan tertentu seperti filsafat huku, filsafat
ekonomi, filsafat ilmu kedoteran, filsafat pendidikan dan sebagainya. Akhirnya
yang pokok dari semua iatu, filsfat telah mempengaruhi sikap hidup, cara
berpikir, kepercayaan atau ideologinya. Filsafat telah mewarisi subyek atau
pribadi sedemikian kuat, sehingga tiap orang menjadi penganut suatu faham
filsafat baik sadar maupun tidak, langsung ataupun tidak langsung.
Ajaran filsafat pada
dasarnya adalah hasil pemikiran seseorang atau beberapa orang ahli filsafat
tentang sesuatu secara fundamental. Perbedaan-perbedaan cara dalam
meng-approach suatu masalah akan melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang
berbeda-beda tentang masalah yang sama. Perbedaan-perbedaan itu dapat juga
disebabkan latar belakang pribadi para ahli tersebut, di samping pengaruh
zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat. Kenyataan-kenyataan
itu melatar belakangi perbedaan-perbedaan tiap-tiap pokok suatu ajaran
filsafat. Dan oleh penelitian para ahli kemudian, ajaran filsafat tersebut
disusun dalam satu sistematika dengan kategori tertentu. Klasifikasi inilah
yang melahirkan apa yang kita kenal sebagai suatu aliran (sistem) suatu ajaran
filsafat. Suatu ajaran filsafat dapat pula sebagai produk suatu zaman, produk
suatu cultural and social matrix. Dengan demikian suatu ajaran filsafat dapat
merupakan reaksi dan aksi atas sesuatu realita di dalam kehidupan manusia.
Filsafat dapat berbentuk cita-cita, idealisme yang secara radikal berhasrat
meninggalkan suatu pola kehidupan tertentu.
Terkhusus pada bidang
filsafat awal mula timbulnya berasal dari rasa ingin tahu kemudian terbentuklah
mitos yang mempercayai keberadaan sifat gaib yaitu roh-roh di balik alam jagat
raya ini, dan ini dipercayai oleh orang dahulu sebagai suatu kebenaran.
Selanjutnya rasa kritis pun mulai menderai orang-orang atas kebenaran mitos itu
rasa sangsi pun muncul, lalu ingin kepastian, timbulnya pertanyaan dan
rasa-rasa tersebut adalah dasar timbulnya filsafat. Berdasarkan kenyataan
sejarah, filsafat bukanlah semata-mata hasil perenungan, hasil pemikiran
kreatif yang terlepas daripada pra kondisi yang menantang. Paling sedikit,
ide-ide filosofis adalah jawaban terhadap problem yang menentang pikiran
manusia, jawaban atas ketidak tahuan, atau verifikasi tentang sesuatu. Filsafat
juga merupakan usaha meneuhi dorongan-dorongan rasional manusiawi demi kepuasan
rohaniah, untuk kemantangan pribadi, untuk integritas.
B. Saran
Tidak ada yang sempurna
didunia ini kecuali ciptaan-Nya. Apalagi manusia tidak ada daya apa-apa untuk
menciptakan sesuatu. Demikian juga dengan karya ilmiah ini yang jauh dari
kesempurnaan. Penulis harap karya ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
telah membantu dan para pembaca. Kritik dan saran senantiasa saya terima demi
penyempurnaan karya ilmiah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Khaerul Azmi, Filsafat Ilmu Komunikasi,Tangerang:Empat
Pena Publishing,2013
Wikipedia Indonesia.com
Elvinaro dan Bambang
Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi,
(Bandung: Simbosa Rekatama Media, 2007.
http://imamalfataach.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-aliran-aliran-ilmu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar